Sabtu, 25 Oktober 2014

Ketidaktenangan Pikiran

Nanda Putri Amalia – Pendidikan Internasional - 11313244012

Refleksi perkuliahan pada hari Rabu, 15 Oktober 2014. Kuliah filsafat untuk Pendidikan Matematika Internasional 2011 dengan Profesor Marsigit.
Ketika kita berfilsafat, jangan sampai mempelajari filsafat mempengaruhi keyakinan kita. Yang seharusnya adalah ketika kita berfilsafat keyakinan dapat memberikan pengaruh yang baik. Ketika kita berfilsafat, sehendaknya keimanannya mempengaruhi pikirannya. Karena filsafat adalah pola pikir.
Bahasan filsafat adalah yang ada dan yang mungkin ada.Ketika kita bertanya di mana letak yang tidak ada, maka tidak ada itu ada, dan ada merupakan penyebab adanya yang lain. Ada merupakan unsur yang dapat mengadakan hal yang mungkin ada. Sehingga pada dasarnya tidak ada itu ada, hanya berbeda ruang dan waktunya.
Contoh yang mungkin ada adalah ketika profesor Marsigit akan memberitahukan nama cucunya kepada kita. Nama cucu profesor Marsigit merupakan hal yang mungkin ada dalam fikiran kita. Dan ketika profesor Marsigit memberitahukan nama cucu beliau, maka nama cucunya akan ada dalam fikiran kita, yaitu Queen Nabilla Isatunnisa.
Dengan belajar filsafat, kita sekaligus belajar untuk mencari hikmah. Belajar mengetahui hal-hal yang patut untuk kita syukuri. Dengan berfilsafat, kita akan berfikir dengan pikiran yang terbuka. Kita dapat menyadari betapa lembutnya ciptaan Tuhan, betapa hebatnya manusia yang merupakan ciptaan Tuhan dibandingkan hal lainnya yang merupakan ciptaan manusia.
Objek filsafat bisa saja berada di dalam fikiran dan di luar fikiran. Ketika kita telah melihat ballpoint berwarna hitam, dan ditanya apa warna ballpoint tersebut, maka kita akan menjawab bahwa ballpoint tersebut berwarna hitam. Hal tersebut dikarenakan ballpoint hitam tersebut telah berada dalam fikiran kita. Apa yang ada dalam pikiran kita disebut ideal (Plato) dan apa yang ada di luar pikiran kita adalah realis (Aristotles).


Dalam berfilsafat, yang dapat dilihat adalah kualitas satu. Sifatnya adalah yang ada dan yang mungkin ada. Dunia mempunyai dua prinsip, yaitu prinsip identitas dan prinsip kontradiksi (Imanuel Kant). Dimana prinsip identitas berarti aku adalah aku. Selama kita berfilsafat, sensitif dengan ruang dan waktu, maka tidak akan bisa kita menunjuk aku adalah aku. Maksudnya adalah aku tidak akan bisa menemukan dua macam aku. Aku yang sekarang ditunjuk berbeda dengan aku yang sebelumnya.
Hukum identitas aku adalah aku tidak akan pernah terjadi, itulah yang disebut kontradiksi. Karena di dunia tidak akan pernah sama antara subjek dan predikat. Misalkan subjek adalah diri kita, maka predikat adalah sifat kita. Misalkan, jilbab warna biru. Jilbab tidak mungkin sama dengan biru, karena jilbab memiliki sifat yang lain, seperti baru, lembut, mahal, dll. Apa yang dilihat pada jilbab, yaitu biru merupakan kualitas pertama.
Dalam kehidupan, ketidaktenangan merupakan hakekat hidup. Ketidaktenangan pikiran akan menghasilkan sebenar-benarnya ilmu. Ketika pikiran tidak tenang, maka thesis akan dicari anti-thesisnya. Sedangkan ketika pikiran kita tenang, maka kita tidak akan mendapatkan apa-apa. Pekerjaan yang ada dalam kehidupan menurut filsafat adalah thesis, sinthesis, dan anti-thesis.
Manusia dapat menemukan hakekat hidupnya dengan berbagai cara. Contohnya dengan pemikiran-pemikiran, dengan berpikir intuitif, memikirkan dalil-dalil dan lain-lain. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar