Nanda Putri Amalia –
Pendidikan Internasional - 11313244012
Refleksi perkuliahan pada hari Rabu, 15 Oktober 2014.
Kuliah filsafat untuk Pendidikan Matematika Internasional 2011 dengan Profesor
Marsigit.
Ketika kita berfilsafat, jangan sampai mempelajari
filsafat mempengaruhi keyakinan kita. Yang seharusnya adalah ketika kita
berfilsafat keyakinan dapat memberikan pengaruh yang baik. Ketika kita
berfilsafat, sehendaknya keimanannya mempengaruhi pikirannya. Karena filsafat
adalah pola pikir.
Bahasan filsafat adalah yang ada dan yang mungkin
ada.Ketika kita bertanya di mana letak yang tidak ada, maka tidak ada itu ada,
dan ada merupakan penyebab adanya yang lain. Ada merupakan unsur yang dapat
mengadakan hal yang mungkin ada. Sehingga pada dasarnya tidak ada itu ada,
hanya berbeda ruang dan waktunya.
Contoh yang mungkin ada adalah ketika profesor Marsigit
akan memberitahukan nama cucunya kepada kita. Nama cucu profesor Marsigit
merupakan hal yang mungkin ada dalam fikiran kita. Dan ketika profesor Marsigit
memberitahukan nama cucu beliau, maka nama cucunya akan ada dalam fikiran kita,
yaitu Queen Nabilla Isatunnisa.
Dengan belajar filsafat, kita sekaligus belajar untuk
mencari hikmah. Belajar mengetahui hal-hal yang patut untuk kita syukuri.
Dengan berfilsafat, kita akan berfikir dengan pikiran yang terbuka. Kita dapat
menyadari betapa lembutnya ciptaan Tuhan, betapa hebatnya manusia yang
merupakan ciptaan Tuhan dibandingkan hal lainnya yang merupakan ciptaan
manusia.
Objek filsafat bisa saja berada di dalam fikiran dan di
luar fikiran. Ketika kita telah melihat ballpoint berwarna hitam, dan ditanya
apa warna ballpoint tersebut, maka kita akan menjawab bahwa ballpoint tersebut
berwarna hitam. Hal tersebut dikarenakan ballpoint hitam tersebut telah berada
dalam fikiran kita. Apa yang ada dalam pikiran kita disebut ideal (Plato) dan
apa yang ada di luar pikiran kita adalah realis (Aristotles).
Dalam berfilsafat, yang dapat dilihat adalah kualitas
satu. Sifatnya adalah yang ada dan yang mungkin ada. Dunia mempunyai dua
prinsip, yaitu prinsip identitas dan prinsip kontradiksi (Imanuel Kant). Dimana
prinsip identitas berarti aku adalah aku. Selama kita berfilsafat, sensitif
dengan ruang dan waktu, maka tidak akan bisa kita menunjuk aku adalah aku.
Maksudnya adalah aku tidak akan bisa menemukan dua macam aku. Aku yang sekarang
ditunjuk berbeda dengan aku yang sebelumnya.
Hukum identitas aku adalah aku tidak akan pernah terjadi,
itulah yang disebut kontradiksi. Karena di dunia tidak akan pernah sama antara
subjek dan predikat. Misalkan subjek adalah diri kita, maka predikat adalah
sifat kita. Misalkan, jilbab warna biru. Jilbab tidak mungkin sama dengan biru,
karena jilbab memiliki sifat yang lain, seperti baru, lembut, mahal, dll. Apa
yang dilihat pada jilbab, yaitu biru merupakan kualitas pertama.
Dalam kehidupan, ketidaktenangan merupakan hakekat hidup.
Ketidaktenangan pikiran akan menghasilkan sebenar-benarnya ilmu. Ketika pikiran
tidak tenang, maka thesis akan dicari anti-thesisnya. Sedangkan ketika pikiran
kita tenang, maka kita tidak akan mendapatkan apa-apa. Pekerjaan yang ada dalam
kehidupan menurut filsafat adalah thesis, sinthesis, dan anti-thesis.
Manusia dapat menemukan
hakekat hidupnya dengan berbagai cara. Contohnya dengan pemikiran-pemikiran,
dengan berpikir intuitif, memikirkan dalil-dalil dan lain-lain.